Saturday, March 4, 2017

sejarah bangsa arab



BAB I
PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG
Mengkaji tentang agama islam alangkah lebih baik bila kita mengkaji bangsa arab sebelum datangnya agama islam, hal ini karena agama islam muncul di tengah – tengah bangsa arab yang sudah dahulu memiliki adat istiadat yang diwariskan dari generasi ke generasi. Apalagi agama islam muncul di kota terpenting bagi mereka yang menjadi jalur penting bagi lalu liintas perdagangan bangsa arab waktu itu. Untuk mengkaji agama islam yang lebih mendalam alangkah baiknya jika terlebih dahulu mngkaji tentang masyarakat arab sebelum pra islam karena islam lahir ditengah-tengah bangsa arab, sehingga kita membandingkan kondisi sosialbangsa arab sebelum dan sesudah kedatangan islam. Kondisi sosial yang meliputi kondisi politik, ekonomi, kebudayaan, agama, dan kepercayaan bangsa arab.
Dalam makalah ini pemakalah akan sedikit mambahas tentang sejarah bangsa arab pra islam. Untuk lebih lanjut maka penulis akan membahas pada sub bab selanjutnya.

B.  RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana sejarah bangsa arab ?
2.      Bagaimana sejarah situasi sosial bangsa arab pra Islam ?
















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah bangsa Arab
Bangsa arab merupkan salah satu bangsa yang berasl dari keturunan sam, putra nabi Nuh. Bangsa lain selain bangsa arab yaitu bangsa romawi dan bangsa Persia, mereka bertempat tinggal diwilayah sekitar barat daya benua asia, atau yang sering disebut sebagai semenanjung Arabia. Dimana sebagaian besar wilayah semenanjung Arabia terdiri dari gurun pasir dan padang rumput[1]
            Sedikit sekali mennyisakan wilayah yang layak ditinggali disekitar semenanju g arab, dikarenakan seluruh wilayah dikelilingi laut..sehingga, ketika jumlah penduduk semakin bertambah, mereka harus mencari lahan baru guna dijadikan tempat tinggal. Mayoritas sejarawan dan peneliti sejarah mencatat, ada dua kelompok bangsa arab yang pernah tinggal di wilayah semenanjung arabia, yaitu :
1.      .Kelompok pertama adalah bangsa arab yang sudah ada sebelum datangnya islam sehingga refrensi dan fakta sejarah tentang mereka sulit untuk diungkap. Hal ini cukup bertalasan dikarenakan rentang waktu yang begitu lama serta tidak ditemukannya  sejarah kehidupan mereka. Sejarah mereka hanya dapat diketahui dari keterangan- keterangan kitab- kitab samawi. Bangsa ini lebih dikenal dengan sebutan arab Baidah, namun keberadaan orang arab baidah sekrang sudah tidak ada lagi dan musnah. Diantaranya adalah A‘ad, tsamud, thasm, jadis, ashab ar-rass dan penduduk madyan.[2]
2.      Kelompok kedua adalah bangsa Baqiyah. Terdiri dari dua suku besar, yaitu Adnaniyah dan Qathaniyin. Kabilah adnaniyin berasal dari keturunan Ismail ibn Ibrahim  as. Dinamakan Adnaniyin karena nenenk moyaang mereka dari kabilah ini bernama Adnan, yaitu salah satu keturuana nabi ismail. Sedngkan kabilah qathan adalah kabilah yang garis keturunannya sampai pada yaqthan yang dalam kitab taurat disebut yaqzan. Qathan adalah nenek moyang suku-suku di negeri yaman. Pada mulanya wilayah utara diduduki golongan adnaniyin dan wilayah selatan diduduki golongan qathaniyin. Akan tetapi, lama kelamaan kedua goonagn itu memebaur Karena perpindahan dari utara keselatan atau sebaliknya.[3]
Jazirah arab adalah satu semenanjung yang terletak disebelah barat daya asia.[4] Kata arab secara etimologis berasal dari kata a’raba yang berarti bergoyang atau mudah berguncang, yang berarti memiliki temperamen yang panas dan emosi yang labil.[5]
            Akan tetapi keistimewaan jazirah arab adalah tempat lahir sebuah agama, yang pada akhirnya nanti menjadi agama yang mendunia yaitu agama Islam. untuk melacak asal usul bangsa arab kita harus kita harus menarik kebelakang yaitu pada sosok Ibrahim dan keturunannya yang merupakan masih keturunan sam bin Nuh, nenek moyang orang  arab. Secara genealogis, para sejarawan membagi orang arab menjadi arab Baydah dan arab Baqiyah. Arab Baydah meruan orang arab yang sekarang tidak ada lagi dan musnah, sedangkan arab BAqiyah adalah oaring arab yang hingga saat ini masih ada.[6]    
A.    Situasi sosial bangsa arab pra islam
Al Quran menggambarkan situasi kehidupan mmasyarakat arab sebelum datangnya islam dengan berbagai ungkapan negative. Adanya berbagai maxcam perilaku menyimpang yang dilakukan masyarakat arabsebelum islam sebagaimana diisyaratkan dalam ayat-ayat Al Quran, syaikh ali an nadvi menyimpulkan bahwa  pada saat kedatangan islam masyarakat arab pada khususnya dan seluruh dunia pada umumnya berada dalam keadaan chaos.[7]
            Ungkapan tersebut menggambarkan adnya kerusakan system kehidupan umat manusia, baik dalam Aqidah, Ibadah, dan  Akhlaq yang selanjutnya berpengaruh terhadap rusaknya system ekonomi, sosial, politik, hukum, pendiddikan dan lain sebagainya.[8]
            Dalam bidang akidah, bangsa arab pada saat itu sangat mempercayai benda-benda atau segala sesuatu selain tuhan. Kepercayaan kepada segala sesuatu selain Allah merupakan Musyrik dan merupakan kekeliruan yang besar.
            Dalam ibadah, bangsa arab beribadah dengan memuja atau menyembah berhala-berhala yang mereka buat sendiri, mereka telah menyembah dan memuja berhala yang tidak dapat mendatangkan manfaat dan menolak mudharat, atas ketidak cerdasan atau kekeliruan ini, maka mereka disebut kaum jahiliyah.
            Dalam bidang Akhlaq, bangsa arab menerapkan pola hidup bebastanpa batas dalam menuruti hawa nafsu syahwat dan nafsu materi.
            Dalam bidang ekonomi, bangsa arab menerapkan pola ekonomi dengan menghalal segala macam cara.
            Dalam bidang sosial, bangsa arab membagi masyarakat keadalam system kasta. Ada kelompok majikan, budak, buruh, dan sebagainya. System sosial yang didasarkan pada garis keturunan, harta benda, dan jenis kelamin, serta menampilkan cara- caar perlakuan yang diskriminatif, tidak adil saling merugikan.
            Dalam bidang politik dan hukum bangsa arab menerapkan kekuatn yang bersifat monopoli dan otoriter yang didasarkan status sosial, dan penguasaan terhadap aset-aset dimasyarakat. Dengan demikian, pemerintah yang diterapkan cenderung dictator, bahkan bersifat tirani.
            Dalam bidang pendidikan, bangsa arab menerapkan pola pendidikan keluarga yang diarahkan pada pemberian pembiasaan, keterampilan, sifat dan karakter yang harus dimiliki oleh seseorang dalam kehidupan keluarga.  Pendididkan dalam arti mencerdaskan masyarakat dengan memebrikan ilmu pengetahuan dan keterampilan kerja. Pendidikan dalam arti yang kedua ini hanya menjadi milik kaum elit, itulah sebabnya, pada masa itu  umlah orang yang cerdas, dapat membaca, menulis dan berhitung jumlahnya masih dapat dihitung dengan jari.[9]
            Seluruh bangsa dimuka bumi kecuali bangsa arab mempunyai pemerintah yang melindungi kebudayaan yang dipegang teguh hukum yang dianut,fiilsafat yang diciptakan, serta keindahan yang dijelmakan dalam hasil-hasil pekerjaannya.sedangjkan bangsa arab tidak mempunyai raja yang dapat mempersatukannya, melaran tindakan kejam, menahan orang dzalim, mencegah peperangan , mereka juga tidak mempunyai sedikitpun hasil pekerjaannya, tak ada peninggalan filsafat yang dianutnya, sedangkan yang ada hanyalah syair-syair, itupun disokong oleh bangsa-bangsa asing, karena roma mempunyai syair yang indah.[10]
Kejadian seperti itu pada bangsa arab merupakan kejadian yang wajar, karena alamnya yang ganas sehingga menjadikan bangsa arab menjadi bangsaa yang gemar merampas dan condong kepada hal-hal yang tak berguna, mereka merampas segala yang dapat diraih dengan menghindari segala resiko, mereka pergi untuk menggembalakan ternaknya dipadang. Orang-orang arab dizaman jahiliyah selalu berebut kekuasaan, jarang sekali diantara mereka yang mau menyerahkan haknya kepada orang lain, mekipun kepada ayahnya, saudaranya, atau yang lebih tua. Oleh sebab itu maka banyaklah jumlah pemimpin-pemimpin yang mengakibatkannya berebelitny peraturan yang datang kepada rakyat, biak yang berupa pajak maupun hukum, maka kemajuan tidaka akan tercapai kecuali sebuah kehancuran.
System sosial masyarakat arab pra islam mengikuti garis bapak dalam memeperhitungkan keturunan, sehingga setiap nama selalu menyebut bapaknya, kalau laki-laki dengan bin, kalau anak perempuan dengan binti,. Orang arab akan bangga dengan rentetan nama dibelakangnya karena menunjukan kabilah dan suku bangsa dari nenek moyang mereka yang sangat dihormati.[11] Kabilah biasanya dipimpin oleh seorang ketua yang dipilih oleh warga klan yang tua-tua dari salah satu warga berpengaruh yang disebut syaikh. Syarat  seorang syaihk biasanya dia harus seorang yang kaya dan suka berderma kepada fakir miskin dan kepada penduduknya, ia haruslah orang yang berperilaku adil dan bijak, sabar, pemaaf, dan rajin dalam bekerja, selain itu seorang syaihk juga harus dapat berperilaku adil dalam mengambil sebuah keputusan. Sebagian besar daerah arab adalah daerah yang gersang dan tandus, kecuali daerah yaman yang terkenal subur.
Wajar saja bila dunia tidak tertarik, Negara yang akan bersahabatpun tidak merasa akan mendapatkan keuntungan dan pihak penjajah juga tidak punya kepentingan. Sebagai imbasnya, mereka yang hidup di daerah itu menjalani hidup dengan cara pindah dari suatu tempat ketempat yang lain. Yang mereka kenal hanyalah hidup mengembara, berpindah-berpindah mencari padang rumput dan menuruti  keinginan hatinya. Mereka tidak betah tinggal menetap disuatu tempat. Sehingga mereka tidak mengenal hidup selain hidup dengan melakukan pengembaraan. Kabilah-kabilah yang selalu pindah dan mengembara itu tidak mengenal suatau peraturan atau tata cara dalam berkehidupan. Mereka  hanya mengenal kebebasan pribadi, keluarga, dan kabilah. Keadaan itu menjadikan loyalitas mereka terhadap kabilah diatas segalanya.
Seperti halnya sebagian penduduk dipelosok desa yang lebih menjunjung tinggi harga diri, keberanian, tekun, kasar, minim pendidikan dan wawasan, sulit diatur, tolong menolong dan menjamu tamu disbanding penduduk kota, sehingga wajar bila ikatan sosial dengan kabilah lain dan kebudayaan mereka lebih rendah. Cirri-ciri ini merupakan fenomena universal yang berlaku di setiap tempat dan waktu. Bila sesama kabilah mereka loyal karena masih kerabat sendiri, maka berbeda dengan antar kabilah. Interaksi antar kabilah tidak menganut konsep kesetaraan  dimana yang kuat diatas sedangkan yang lemah berada di bawah. Ini tercermin , misalnya,  dari tatanan rumah mereka dimekah waktu itu. Rumah kabilah quraisy sebagai suku penguasa dan terhormat paling dekat dengan ka’bah lalu dibelakangnya menyusul rumah para kabilah yang agak kurang penting kedudukannya dan diikuti oleh yang lebih rendah sampai kepada tempat tinggal kaum budak dan gelandangan.
Semua itu bukan berarti bangsa arab tidak memiliki kebudayaan sama sekali. Sebagai pusat lalu lintas  perdagangan penting terutama mekah yang merupakan pusat perdagangan dijazirah arab, baik karena meluasnya pengaruh perdagangannya Persia dan bizantium disebelah selatan dan yaman disebelah utara atau karena pasar-pasar perdagangannya yang merupakan yang terpenting dijazirah arab karna begitu banyaknya yang menjadikannya kaya dan tempat bertemunya aliran-aliran kebudayaan. Mekah merupakan pusat peradaban kecil.
Fakta diatas menunjukkan bahwa pengertiaan jahiliyah yang tersebar luar perlu diluruskan, pengertian jahiliah yang tepat bukanlah masa kebodohan atau kemunduran, tetapi masa yang tidak mengenal agama tauhid yang menyebabkan minimnya moralitas dan peradaban yang hanya berdasarkan nilai materialistic. Pencapaian mereka membuktikan luasnya interaksi dan waawasan mereka kala itu. Memnag persoalan apakah bangsa arab bisa menulis atau membaaca masih diperdebatkan. Tetapi fakta membuktikan adanya oaring yang bisa membaca dan menulis, meski tiadak semuanya. Mereka mnegadu ketangkasan dalam berpuisi, bahkan hingga islam datang tradisi ini nmasih tetap ada. Bahkan Al Quran diturunkan unutuk menentang mereka membuat seindah mungkin kalimat arab yang menunjukkan bahwa kelebihan mereka dalam bidang sastra bukan main-main.[12]











BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa bangsa arab adalah salah satu etnis yang berasal dari keturunan sam putra nabi nuh. Entitas lainnya adalah romawi dan Persia. Meeka berdomisili disekitar wilayah barat daya benua asia atau yang dikenal dengan semenanjung Arabia yang sebagian wilayahnya terdiri dari gurun pasir dan padang rumput yang luas.
   Adanya berbagai perilaku menyimpanag yang terdapat dalam masyarakat arab sebagaimana yang telah diisyaratkandalam ayat-ayat alquran merupakan gambaran adanya kerusakan system kehidupan bangsa arab baik dlam bidang aqidah, ibadah, akhlaq yang selanjutnya berpengaruh terhadap rusaknya system ekonomi, sosial, politik, budaya, hukum, pendidikan, dan lain sebagainya.




















DAFTAR PUSTAKA

Al ‘Usairy Ahmad, Sejarah Islam, Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003
SJ Fadil, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, Yogyakarta: UIN Malang, 2008
Su’ud Abu, Islamologi, Sejarah, Ajaran dan Peranannya dalam Peradaban Umat Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2003
Natta Abudin,Sejarah pendidikan islam,Jakarta: ISBN, 2010
 


[2] Ahmad Al ‘usairy, Sejarah Islam, Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003, Cet.2, h. 58
[3] Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam Dalam Lintas Sejarah, Yogyakarta : UIN Malang, 2008, h. 47
[4] Ibid, h. 43
[5] Abu Su’ud, Islamologi, Sejarah, Ajaran, dan Peranannya dalam Peradaban Umat Manusia, Jakarta, rineka cipta, 2003, h. 14
[7]  Abudin Natta, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta, ISBN, 2010, h.  36
[8] Ibid, h. 37
[9] Ibid, h. 38
[10] Ibid, h. 42
[11]  Abu Su’ud, op.Cit, h. 15

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home